Wedang ronde dan sekoteng sangat mudah ditemui di tempat-tempat umum seperti di pusat kota atau di alun-alun dengan bahan utama jahe.
Keduanya minuman tradisional yang terlihat mirip sehingga sulit untuk membedakan keduanya.
Lalu, apa yang membedakan keduanya? Mengutip dari GoodNewsfromIndonesia, sekoteng dan wedang ronde memang sama-sama menggunakan jahe pada kuahnya.
Kuahnya berasal dari jahe yang sudah dibakar dan dimemarkan, lalu direbus bersama air, daun pandan, gula putih atau gula kelapa, serta sedikit garam.
Selain itu, keduanya juga menambahkan tumbukan kasar kacang tanah sangrai untuk menciptakan sentuhan rasa gurih.
Wedang Ronde Miroso, Kuliner Khas Magelang yang Jadi Langganan Presiden Soekarno Sekoteng minuman yang dibuat menggunakan biji jali, biji teratai, dan lengkeng.
Untuk rasa, cara pembuatan, hingga buah-buahan yang digunakan tentunya telah disesuaikan dengan selera orang Indonesia.
Sedangkan wedang ronde berupa mangkok berisikan kuah jahe dan gula merah dengan adonan bulat warna-warni yang terbuat dari tepung ketan atau tepung beras.
Adonan bulat ini direbus hingga matang dan mengapung.
Isian pada sekoteng lebih beragam dan ramai.
Ada sagu mutiara, potongan roti tawar, pacar cina, dan kacang hijau sehingga sedikit lebih mengenyangkan.
RI Siap Ekspor 120 Ton Jahe Gajah Senilai Rp 2,28 Miliar ke Mesir Wedang ronde lebih sederhana, ciri khas terletak pada kehadiran rondenya atau bulatan dari tepung ketan dengan isian kacang.
Meskipun isiannya berbeda, manfaatnya yang dirasakannya tetap sama, rasa pedas pada jahe bisa menghangatkan tubuh, menjaga kesehatan pencernaan, mengurangi flu.
Baik wedang ronde maupun sekoteng juga bisa mengatasi rasa nyeri sendi dan otot, dan masih banyak manfaat lainnya.
MALINIPilihan editor : Minuman Tradisional Pas di Musim Hujan: Bajigur hingga Wedang Ronde